Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Kesulitan Garap Outlook 2020, Database Jadi Solusi Termurah

Seiring perkembangan teknologi digital yang kian pesat, kebutuhan terhadap data/riset/survei spesifik serta database industri meningkat dengan drastis. Kebutuhan itu mencakup  permintaan data, riset, ulasan, laporan terbaru, serta analisis  guna menunjang kegiatan pemasaran, penetrasi pasar, dan perluasan lini bisnis. Datapedia marketplace (jual-beli data)  merupakan fitur unggulan dari  duniaindustri.com  yang dapat menghubungkan korporasi ataupun perseorangan (user) yang membutuhkan  data, analisis, ataupun riset  dengan siapa pun yang memiliki data bernilai. Data dalam fitur ini dapat beragam mulai dari data marketing, data produksi, data penjualan, tren pasar, pangsa pasar, ekspor-impor, utilisasi, hingga kontak perusahaan (foreign buyers), dan lainnya. Data, analisis, riset  tersebut dapat terkait seluruh sektor industri di Indonesia, dari industri keuangan seperti perbankan, multifinance, asuransi, reksadana, pasar modal, industri infra...

Tuban Petro Jadi Solusi Substitusi Impor Petrokimia

Pemerintah akan mengkonversi  surat utang multitahun (multi years bond/MYB)  milik PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro) senilai Rp 3,3 triliun menjadi saham dengan dukungan APBN. Pascakonversi, pemerintah akan memiliki 95,9 persen saham di TubanPetro. “ Kebijakan pemerintah  yang menyelesaikan utang MYB TubanPetro Rp3,3 triliun melalui konversi, sudah tepat. Hal ini akan memberi ruang kepada TubanPetro untuk mengembangkan bisnisnya lagi,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, minggu lalu. Saat ini proses konversi utang Multi Years Bond (MYB) PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro) tinggal menunggu Peraturan Pemerintah (PP). Regulasi tersebut bisa menjadi  titik tolak  pengembangan Tuban Petro sebagai basis industri petrokimia nasional yang terintegrasi. Kementerian Perindustrian optimistis pada pengembangan Tuban Petro yang akan berkontribusi besar dalam membangkitkan kembal...

Proyek Infrastruktur Berlanjut, Sentimen Positif bagi Sektor Baja

Pembangunan infrastruktur di Indonesia pada periode 2020-2024 diperkirakan membutuhkan  dana Rp6.421 triliun  sesuai rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) yang disusun pemerintah. Aliran dana tersebut berpotensi memberikan sentimen positif bagi market demand industri penunjang konstruksi, salah satunya industri baja. "Jika dibandingkan belanja infrastruktur pemerintah tiap tahun sekitar Rp400 triliun, mendekati mungkin Rp500 triliun, maka sudah pasti Rp6.421 triliun tidak mungkin dibangun oleh pemerintah sendiri," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani di Jakarta, beberapa hari lalu. Menurut dia,  infrastruktur  merupakan salah satu  indikator  untuk menarik investasi selain daya beli terjaga dan ekonomi yang stabil. Selama lima tahun ini,  indeks kompetitif  dan kualitas infrastruktur Indonesia meningkat, melampaui Filipina dan Vietnam karena pembangunan infrastruktur selama lima tahun ini sudah digenjot. Meski begitu, lanjut dia...

Susun Proyeksi 2020, Perkuat Marketing Intelligence Database

Menyongsong 2020, segala perangkat diperlukan untuk membuat kalkulasi dan proyeksi agar dapat menjadi pisau tajam guna mencari celah pertumbuhan baru. Duniaindustri.com menilai 'mesin' baru pertumbuhan harus diperjuangkan di saat ekonomi domestik melambat, serta sejumlah negara terancam resesi ekonomi. Perlambatan ekonomi domestik mesti dipandang sebagai peluang, meskipun ruangnya semakin terbatas dan sempit dengan persaingan lebih ketat. Tren efisiensi 'potong biaya' makin mencuat untuk korporasi skala besar. Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi nasional, kemerosotan harga komoditas dunia, serta perang dagang antara AS dan China. Pada Kuartal III 2019, tren industri cenderung berubah dengan sangat cepat, berdasarkan  riset data   Duniaindustri.com . Produk dengan harga jual yang lebih kompetitif, pelayanan prima, cepat sampai ke konsumen, serta kualitas wahid menjadi preferensi utama konsumen, di saat ekonomi melambat. Selain itu, para pelaku industri ...

172 Database Spesifik di 14 Sektor Industri

Menyongsong 2020, segala perangkat diperlukan untuk membuat kalkulasi dan proyeksi agar dapat menjadi pisau tajam guna mencari celah pertumbuhan baru. Memang 'mesin' baru pertumbuhan harus diperjuangkan di saat ekonomi melemah. Perlambatan ekonomi mesti dipandang sebagai peluang, meskipun ruangnya semakin terbatas dan sempit dengan persaingan lebih ketat. Tren efisiensi 'potong biaya' makin mencuat untuk korporasi skala besar. Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi nasional, kemerosotan harga komoditas dunia, serta perang dagang antara AS dan China. Pada Kuartal III 2019, tren industri cenderung berubah dengan sangat cepat, berdasarkan  riset data   Duniaindustri.com . Produk dengan harga jual yang lebih kompetitif, pelayanan prima, cepat sampai ke konsumen, serta kualitas wahid menjadi preferensi utama konsumen. Selain itu, para pelaku industri cenderung memompa volume penjualan dengan mengorbankan harga jual. Singkat kata, harga jual boleh ditekan, tapi ...